Reaksi SN1
Pada bahasan sebelumnya telah kita pelajari mengenai reaksi
antara alkil halida primer dengan suatu nukelofil yang disebut dengan reaksi
subtitusi nukelofil bimolekular. Lalu pada pada reaksi SN1 ini
terjadi reaksi antara alkil halida tersier dengan suatu nukelofil. Dalam
bahasan kali ini agar lebih mudah dalam memahaminya maka akan digunakan contoh
reaksi antara t-butil bromida dengan
suatu nukelofil berbasa lemah yaitu H2O dan CH3CH2OH
maka akan menghasilkan produk berupa subtitusi sekaligus eliminasi. Kedua
molekul tersebut juga berguna sebagai suatu pelarut oleh karena itu reaksi
subtitusi ini disebut dengan reaksi solvolisis yang mana asal katanya dari solvent dan –lysis yang berarti penguraian oleh pelarut.
Kali ini akan dibahas lebih merinci mengenai produk
subtitusinya. Alkil halida tersier mengalami reaksi SN1 yaitu reaksi
subtitusi nukelofilik unimolekular. Pada reaksi ini enantiomer murni dari suatu
alkil halida yang terdapat ikatan karbon C-X kiral mengalami reaksi SN1
maka akan menghasilkan produk subtitusi rasemik yaitu produk yang bukan inversi,
dan juga berbeda dengan reaksi SN2 yang mana laju reaksi sejalan
dengan konsentrasi nukelofil pada reaksi SN1 pengaruh daripada
konsentrasi itu sendiri sangat kecil.
Mekanisme SN1
Pada mekanisme reaksi SN1 terjadi reaksi antara
molekul pelarut, molekul alkil halida (RX) beserta ion – ion yang terbentuk
oleh karena ni reaksi ini disebut juga reaksi ion. Pada reaksi SN1
memiliki suatu tahapan – tahapan yang sangat kompleks dan perlu dilakukan
sesuai dengan tahapannya.
Pembentukan karbokation adalah hasil dari pematahan alkil
halida menjadi sepasang ion positif (karbokation) dan ion negatif (ion halida).
Pada tahapan ini melibatkan reaksi ion oleh karena itu diperlukan pelarut polar
seperti H2O yang dapat menstabilkan ion, disini H2O juga
berperan sebagai nukelofil karena telah dijelaskan pada bahasan reaksi SN2
sebelumnya bahwasanya pelarut polar juga memiliki pasangan elektron menyendiri
yang nantinya akan membentuk ikatan sigma.
Tahap 2 (penyatuan karbokation dengan nukleofil (H2O))
Pada reaksi kali ini nukleofil yang digunakan yaitu H2O
yang terdiri dari OH- dan H+ yang nantinya OH- akan mengikat
karbokation dan membentuk alkohol bermuatan positif.
Tahap 3 (Pelepasan H+)
Ion H+ pada alkohol bermuatan positif itu akan terlepas guna mencapai kestabilan dalam suatu reaksi asam-basa yang cepat dan tidak dapat kembali dalam keadaan semula dengan pelarutnya.
Kesimpulannya dalan reaksi SN1 terjadi dua reaksi
walaupun dalam tahapannya ada tiga. Reaksi pertama yaitu gabungan antara
ionisasi alkil halida dengan subtitusi nukelofil H2O lalu reaksi
kedua yaitu rekasi asam-basa, agar lebih jelasnya dapat dilihat seperti dibawah
ini
Berikut adalah diagram energi dalam reaksi SN1
Sesuai dengan diagram energi diatas, pada tahap pembentukan karbokation memerlukan energi pengaktifan yang cukup besar, hal ini menyebabkan jalannya reaksi begitu lambat untuk pematahan alkil halida menjadi karbokation dan ion halida.
Karbokation atau bisa disebut dengan “zat-antara”,
zat-antara ini sendiri adalah hasil dari reaksi lebih lanjut didalam struktur
yang bereaksi. Berbeda dengan tahap transisi, zat-antara ini memiliki usia yang
terhingga sedangkan tahap transisi tidak terhingga dan juga dalam tahap
transisi mengalami dua tahapan sekaligus yaitu pematahan dan pembentukan ikatan
baru yang disebabkan oleh melemahnya ikatan halida dengan alkil lalu halangan
sterik yang kecil serta energi aktivasi yang dibutuhkan untuk bereaksi lebih
kecil dari pada energi yang dibutuhkan untuk mencapai tahap transisi yang
mengakibatkan pematahan dan pembentukan ikatan baru terjadi secara spontan, dan
juga energi potensial pada tahap transisi merupakan titik puncak dalam suatu
kurva energi potensial. Hal ini sangat berbeda dengan zat-antara yang mana
merupakan suatu produk yang bersifat reaktif bukannya suatu tahapan. Pada
zat-antara ini juga tidak terjadi pematahan dan pembentukan ikatan. Energi pada
zat-antara pun lebih rendah daripada tahap transisi namun lebih besar dari pada
produk akhir. Pada pembentukan karbokation sendiri pun seperti yang tertera
dalam grafik membentuk suatu lembah sedangkan ketika karbokation sudah
terbentuk akan membentuk suatu bukit yang artinya karbokation itu sendiri
adalah spesi reaktif berenergi-tinggi. Pada tahap subtitusi karbokation dengan
nukelofil membutuhkan energi pengaktifan yang rendah sehingga reaksi terjadi
dengan cepat.
Permasalahan
1. Mengapa didalam reaksi SN1 laju reaksinya hanya menyertakan konsentrasi alkil halidanya saja?
2. Mengapa stabilitas kation metil dan karbokation primer kurang daripada karbokation skunder dan juga karbokation tersier?
3. Karbokation disebut juga dengan zat-antara lalu apa bedanya zat-antara dengan tahap transisi?
2. Mengapa stabilitas kation metil dan karbokation primer kurang daripada karbokation skunder dan juga karbokation tersier?
3. Karbokation disebut juga dengan zat-antara lalu apa bedanya zat-antara dengan tahap transisi?
Assalamualaikum wr.wb
BalasHapusNama : cindy felia agam
Nim : A1C117046
Disini saya akan membantu menjawab no 3 zat-antara ini sendiri adalah hasil dari reaksi lebih lanjut didalam struktur yang bereaksi. Berbeda dengan tahap transisi, zat-antara ini memiliki usia yang terhingga sedangkan tahap transisi tidak terhingga dan juga dalam tahap transisi mengalami dua tahapan sekaligus yaitu pematahan dan pembentukan ikatan baru. Hal ini sangat berbeda dengan zat-antara yang mana merupakan suatu produk yang bersifat reaktif bukannya suatu tahapan. Pada zat-antara ini juga tidak terjadi pematahan dan pembentukan ikatan.
Terima kasih
Semoga membantu
hai seno, perkenalkan nama saya ruslan rabani dengan nim A1C117028
BalasHapusdisini saya akan coba bantu kamu menyelesaika permaslahan mu no 1
telah dijelaska bahwasanya laju reaksi pada SN1 di tentuka oleh substratnya bukan nukleofilnya, ini disebabkan pada saat reaksi substitusi pada karbokation dengan nukleofil terjadi terjadi dengan sangat cepat, hal ini tidak bisa dijadikan tolak ukur untuk perhitungan laju reaksi, karena pada dasarnya penghitungan laju reaksi dihitung berdasarkan reaksi yang paling lama dari reaksi itu sendiri, sedangkan dalam pembentukan karbokation itu sendiri membutuhkan waktu yang cukup lama, dari dasar inilah perhitungan dilakukan hanya konsentrasi alkil halidanya bukan keduanya.
Assalamualaikum wr wb
BalasHapusSaya Ariyansyah
NIM A1C117050
Saya akan mencoba menjawab permasalahan no 2
Mengapa stabilitas kation metil dan karbokation primer kurang daripada karbokation skunder dan juga karbokation tersier?
Inti dari kestabilan atom karbon bermuatan positif itu adalah penyebaran muatan atom positif itu sendiri, penyebaran muatan atom positif disebut dengan efek induksi yaitu polarisasi atau terbentuknya dua kutub ikatan oleh elektronegatif dan elektropositif disekitar ikatan itu sendiri, yang mana memerlukan atom lain untuk membantunya menyebarkan muatan atom positif jadi semakin banyak gugus alkilnya maka semakin stabil reaksi itu, bahkan pada kation metil dan karbkation primer bisa dikatakan tidak stabil.