Pada reaksi SN2 dan reaksi E2 terjadi
pada pelarut non polar dengan nukelofil berupada basa lewis kuat seperti -OH,
-OR, -CN, adanya kesamaan faktor terjadinya kedua reaksi
tersebut maka timbul persaingan diantara keduanya, namun seperti pada
pembehasan sebelumnya reaksi subtitusilah yang lebih dominan dari pada reaksi
eliminasi begitu pula dalam bahasan kali ini reaksi SN2 lebih
dominan daripada E2, hal ini dikarenakan suasana yang kurang basa, namun
apabila suasana pada tingkat kebasaan yang tinggi maka akan lebih dominan
terjadinya reaksi E2.
Jika Nukelofilnya menyerang atom karbon pusat maka
akan terjadi reaksi SN2 namun apabila yang diserang atom hidrogen
pada tangan yang terikat oleh atom karbon paling ujung (H-β) maka yang terjadi
reaksi E2, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada reaksi dibawah ini:
Berikut
adalah faktor yang mempengaruhi terjadi persaingan SN2 dan E2:
1. Struktur
Substrat (alkil halida)
a.
Apabila alkil halida yang digunakan
berupa alkil halida primer maka akan lebih dominan terjadinya reaksi SN2
ketimbang E2, hal ini dikarenakan sterik pada alkil halida primer lebih rendah jadi
akan lebih dominan reaksi SN2. Contoh:
Terjadinya
persaingan itu sendiri tidak jauh kaitannya dengan sterik apabila didalam alkil
halida primer memiliki subtituen pada karbon-β, maka nukelofil akan lebih
dominan menyerang subtituen daripada karbon pusat (karbon-α), hal inilah yang
menyebabkan terjadinya persaingan dan reaksi E1 akan lebih dominan terjadi.
b. Apabila
alkil halida yang digunakan berupa alkil halida skunder maka akan terbentuk produk
substitusi dan eliminasi. Kuantitas daripada keduanya bergantung pada kekuatan
basa dan banyaknya nukleofil. Kekuatan dan kuantitas basa, maka makin banyak
pula produk eliminasi yang terbentuk. Seperti halnya asam asetat (pKa
= 4,76) adalah asam yang lebih kuat ketimbang etanol (pKa = 15,9), maka
ion yang terbentuk pada asam asetat tingkat kebasaannya akan lebih lemah
daripada ion yang terbentuk pada etanol (etoksida). Pada basa yang lemah akan
terbentuk reaksi subtitusi SN1 begitupula sebaliknya.
c. Apabila
alkil halida yang digunakan berupa alkil halida tersier maka reaksi eliminasi akan
lebih dominan daripada reaksi substitusi, hal ini dikarenakan kereaktifan yang lebih
dominan terjadi pada reaksi E2 hal itu disebabkan karena halngan sterik yang
sangat kuat sehingga nukelofil akan lebih dominan menyerang subtituen pada
karbon-β ketimbang atom karbon pusatnya (karbon-α). Contoh:
2. Struktur
Nukleofil
Banyaknya ion basa kuat (ters-butoksida) akan
mempengaruhi banyaknya reaksi Eliminasi yang terjadi,
dapat kita lihat pada reaksi berikut ini:
Pada reaksi dengan ion basa kuat (tersier) maka akan lebih
dominan terbentuk produk eliminasi begitupula sebaliknya hal ini dikarenakan
ketidakmampuan ion basa tersier dalam menarik hidrogen internal, dikarenakan
pada ion basa tersier lebih cenderung menolak dikarenakan halangan steriknya
yang besar ketimbang menarik.
3. Temperatur
Semakin tinggi suhunya maka reaksi SN2
mapun E2 akan lebh mudah terjadi, namun pada reaksi eliminasi laju raskinya akan lebih besar dikarenakan energi
aktivasinya yang lebih tinggi,
sehingga
temperatur yang tinggi itulah yang memungkinkan molekul akan lebih dominan
untuk mencapai kondisi transisi pada reaksi eliminasi.
Permasalahan- Apa perbedaan antara reaksi SN2 dan E2?
- Bagaimana reaksi E2 dapat bersaing dengan SN2?
- Apakah mungkin pada reaksi SN2 dan E2 terjadi pada pelarut polar? Jika tidak maupun iya berikan alasannya!